Protection of Women in Aceh Qanun No. 6 of 2014 concerning Jinayah Law (Acehnese Perception Analysis)

The presence of Qanun jinayah is a blessing for Acehnese women. Therefore, it the hope all parties that qanun can provide adequate protection Several articles in no.6 2014 which regulate rape substantially encourage legal women, including; with stipulation person who deliberately commits threatened 'Uqubat Ta'zir flogging at least 125 (one hundred twenty five) times, maximum 175 seventy times or fine 1,250 thousand two and twenty) grams pure gold, 1,750 seven fifty) gold imprisonment minimum months, months. Even if committed against children, punishment even more severe, namely being 150 200 (two hundred) 1,500 five ) 2,000 thousand) Departing from background problems above, this research focused on how forms women's Aceh No. 6 concerning Jinayah Law what public's perception women Qanun? results study concluded existence has not provided One reasons lack socialization firmness by law enforcers taking action perpetrators. So perpetrators harassment are afraid uqubat threat been stipulated criminal acts jinayah. Kehadiran adalah sebuah berkah bagi kaum perempuan Aceh. Oleh karenanya menjadi harapan semua pihak bahwa tersebut dapat memberikan perlindungan yang memadai kepada perempuan. Beberapa pasal dalam tahun mengatur tentang pemerkosaan secara substansi sangat mendorong hukum terhadap diantaranya; dengan penetapan orang sengaja melakukan Jarimah Pemerkosaan diancam „Uqubat Ta‟zir cambuk paling sedikit (seratus dua puluh lima) kali, banyak tujuh kali atau denda 1.250 (seribu ratus lima puluh) gram emas murni, 1.750 murni penjara singkat bulan, lama bulan. Bahkan jika dilakukan anak-anak maka hukumannya lebih berat lagi, yaitu (dua ratus) 1.500 2.000 ribu) Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas penelitian ini difokuskan pada bagaimana bentuk-bentuk Tahun Hukum serta Bagaimana persepsi masyarakat tersebut?. Hasil menyimpulkan kehadiran belum efek Salah satu sebabnya kurangnya sosialisasi dan kurang tegasnya penegak menindak pelaku. Sehingga para pelaku pelecehan perkosaan tidak merasa takut ancaman telah ditetapkan tindak pidana tersebut.